Media Ummat Online

Media Ummat Online
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". [Al-Imron:104]

Senin, 08 Juni 2015

BUNG KARNO, BLITAR ATAU SURABAYA?

Media Ummat & Koran Jokowi : Sampai Hari Senin, tgl. 8 Juni 2015 ,pkl.23.10 di http://en.wikipedia.org/wiki/sukarno   Dr.(HC) Ir. H.Soekarno  (Koesno Sosrodihardjo alias Bung Karno)  tertulis  lahir di Surabaya, Jawa Timur tgl.6 Juni 1901. Demikian pula di http://id.wikipedia.org/wiki/soekarno , beliau ditulis lahir di Surabaya, Jawa Timur.  
.
Pertanyaannya siapa pembuat naskah pidato Jokowi dalam menyebut kota kelahiran Bung Karno pada Hari Pancasila 1 Juni lalu itu di Blitar?, bukankah ini ‘gegabah?, kalau pun akhirnya terkuak bahwa konseptor penulis teks pidato presiden adalah  Sukardi Rinakit. Yang hari Kamis (4/Juni/2015) mengakui sebagai kesalahannya sekaligus meminta maaf.

.
Lalu kenapa masih banyak pihak yang mempermasalahkan soal ini, sedangkan kami selaku Relawan telah ‘memaklumi itu  memang kekhilapannya (walau pun dengan kening berkerut ;p) sebagaimana anjuran Al Quran dan haits Rasulullah SAW kepada sesama muslim . "Itu termasuk kesalahan yang tidak dapat dimaafkan," ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Zulkifli Hasan melalui pesan tertulisnya disebuah media nasional, Jumat (5/6). Juga komentar Fadly Zon "Mudah-mudahan ini 'kepeleset lidah'. Kalau memang tidak tahu, ya kebangetan. Dia kan (Red:Jokowi) kader partai yang mengusung Soekarno sebagai basis ideologi" kata Wakil Ketua DPR, Fadly Zon  di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/6/2015).Dan banyak pihak lain yang terus ‘mempersoalkan hal ini. Apa karena Bung Karno adalah Presiden Pertama RI?, Mengapa kita memuji Bung Karno jika kita ‘membencinya?, Mengapa  kita tidak  buktikan kecintaan kita kepada hal yang lebih ‘penting dari sekedar  tempat lahir beliau, yang bisa kita ‘mulai sekarang’ dan  disikapi secara nasional?,
.
Kami mempertanyakan ini, hanya dengan 4 (empat) alasan dibawah ini atas pro-kontra Bung Karno adalah ‘DALANG G.30.S/PKI”
.
(1). Dalam peluncurkan buku "Sukarno File, Kronologis Suatu Keruntuhan", karya Antonie C.A. Dake, di sebuah rumah makan di Wisma Kodel, Jl. HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (17/11/2005) lalu, Yang dihadiri Sukmawati Soekarnoputri, mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, FachryAli, Budiman Sudjatmiko, serta beberapa peneliti dari Sugeng Sarjadi Syndicate sebagai penyelenggara itu disebutkan bahwa  "Mastermind dari peristiwa tersebut adalah Soekarno, Mayjen Soeharto, saat itu menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan Darat, tidak terlibat ". Pertanyaanya, kenapa saat itu mereka diam, atau tak melakukan ‘pelurusan atau sanggahahan?, maka wajar jika media pun menyebarkan informasi  seolah membenarkan jika Bung Karno adalah Dalang G.30.S/PKI !.
.
(2). Dalam blog http://ilhamfadillah5.blogspot.com/2013/04/soeharto-positif-terlibat-g30spki.html  pada alinea ke-IV disebut bahwa,  “...dalang gerakan kudeta merangkak Gerakan 30 september ini adalah jenderal-jenderal Pro CIA atau pro Blog Barat, dapat disebutkan disini yang menjadi dalang Utamanya adalah Jenderal Besar Soeharto [yang paling diuntungkan dalam gerakan ini]. yang menjadi target dari gerakan ini adalah Presiden Soekarno dan Partai Komunis Indonesia, kenapa presiden soekarno mau digulingkan???, Karena gerakan ini bukan gerakan nasional, tetapi gerakan internasional atau gerakan blog barat yang ingin menggulingkan Bung Karno yang sedang membangun gerakan yangingin menyaingi Blok Barat. Kenapa tidak ada yang bereaksi atas isi blog ini, yang hingga hari Senin, Tgl.8 Juni 2015, pkl.21.34 masih ‘tayang.
.
(3).  Di situs http://www.watchindonesia.org/G30SKerstin.htm, alinea ke-19-20, “buku Kerstin Beise ini patut dipuji dalam hal kelengkapan data dan penyajian yang rinci tentang topik-topik yang menyangkut keterlibatan Soekarno dalam peristiwa G30S. Sebagai sebuah skripsi mutunya melebihi tesis bahkan bisa disetarakan dengan sebagian disertasi doktor ilmu humaniora di Indonesia. Laporan yang ditulis oleh sebuah tim resmi mengenai peristiwa 1965 mungkin saja tidak sebagus karya Kerstin Beise. Pembaca Indonesia sangat beruntung dengan karya seorang Jerman yang meneliti dan menulis karya akademis di sebuah universitas di tanah air. Kita mengharapkan munculnya lebih banyak lagi buku atau tulisan mengenai tahun 1965. Tentang suatu masa yang digelapkan oleh rezim Orde Baru.
.
(4). Tap MPRS no 33 tahun 1967  yang dikeluarkan pada zaman orde baru itu ‘identik’ tudingan jika Bung Karno mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan G30S/PKI dan melindungi tokoh-tokoh G30S/PKI. Ketetapan itu menjadi sikap MPRS Pamungkas untuk menjatuhkan Soekarno dari kekuasaan dengan dugaan pengkhianatan. Itu menyakitkan bagi ‘’Barisan Soekarno/Marhaenis”, yang jumlahnya mungkin >50%  dari jumlah penduduk Indonesia. Namun mereka mampu menahan diri bukan karena ‘pengecut namun lebih menjaga Persatuan dan Kesatuan bangsa. Hingga kemudian, 36 tahun kemudian,  muncul Tap MPR no. 1/2003 tentang peninjauan kembali, maka Tap MPRS no 33 tahun 1967 sudah tidak berlaku lagi dan Bung Karno pun resmi  diberikan gelar PAHLAWAN NASIONAL.
.

Pelurusan Sejarah atau penulisan sejarah sangatlah ditentukan oleh penafsiran dan siapa ‘sponsornya’. Dan selama masih soal penafsiran, maka ia tidak akan mampu ‘berkelit dari pengaruh kekuasaan. Sebaliknya, penulisan sejarah juga merupakan salah satu alat bagi kekuasaan. Jadi tidak ada yang benar-benar "lurus" seperti lurusnya  ‘hurup Alif”.  Semua pihak yang menginginkan ada "pelurusan" sejarah tertentu, tentu memiliki klaim ttg kebenaran tertentu dan kepentingan tertentu. Akankah kita masih bisa menyebut Bulan Juni sebagai Bulannya Bung Karno, dimana kita mencintainya namun disisi lain kita membencinya?
.

Mengapa tentang Blitar dan Surabaya, kemudian (diposisikan) menjadi ribut nasional?, Pertanyaan kami, kemana kalian selama 36 tahun lalu?, Aya – aya - wae ;p .. (Tim MU/Foto.Repro)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar