Media Ummat Online

Media Ummat Online
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". [Al-Imron:104]

Sabtu, 14 Maret 2015

# surat terbuka untuk Ahok-Djarot#

Kami  adalah relawan Jokowi-Ahok saat Pilgub DKI Jakarta 2013 lalu dan juga relawan Jokowi-JK di Pilpres 2014 , yang mayoritas  berasal dari Jawa Barat. Kami merasa prihatin atas semakin ‘melebarnya perseteruan Ahok-DPRD DKI Jakarta, yang kita tak tahu kapan berakhirnya. Dan niscaya ini akan berimbas kepada program-program yang telah ditetapkan Jokowi saat menjadi Gubernur lalu. 
.
Hal ini dimulai dengan mundurnya Ahok sebagai Kader Gerindra (0/9/2014) lalu dengan alasan;

(1). Ahok tidak setuju jika kepala daerah dipilih oleh DPRD, karena mereka akan bertanggungjawab kepada DPRD bukan rakyat langsung,
(2). Ahok merasa Gerindra sudah tidak sesuai dengan perjuangannya untuk memberikan rakyat sebuah pilihan terbaik,
(3). Ahok merasa Gerindra tidak tepat janji, mereka dulu mengatakan bahwa Ahok harus jadi model di Jakarta, model pejabat publik yang jujur dan kerja keras dan tidak korupsi . Tapi kemudian lahirlah KMP, yang  juga menyetujui kepala daerah bertanggung-jawab kepada DPRD yang dianggap  Ahok itu adalah koalisi mengejar jabatan bukan kerja untuk rakyat.
.
Dan sejak itu, ‘BLAAAMM.., Ahok pun ‘digebukin banyak pihak , juga kemudian lahirlah Gubernur Tandingan DKI Jakarta (KH. Fahrurrozi Ishaq) tgl.1 Desember 2014 lalu. Ahok terus melawan dan bekerja hingga kemudian dia mendapatkan teman dari PDIP, yaitu Djarot Saiful Hidayat (Mantan Bupati Blitar thn.2000-2010) pada tgl.17 Desember 2014.
.
Djarot yang muncul ‘ditikungan pun mulai menata pekerjaan-rumah untuk membangun JAKARTA BARU 2014-2017, khususnya traumatis Banjir dan macet ibukota. Namun baru saja duet Ahok-Djarot memulai, munculah badai ‘Anggaran Siluman RAPBD DKI Jakarta thn.2015 Rp.12,1 trilyun (16,6% dari total RAPBD DKI Jakarta 2015 = Rp.76,9 trilyun)
.
Anggaran siluman itu sejak jaman Kuda makan portal itu sudah ada dan dianggap ‘lajim dimana-mana, korupsi jamaah, karena penuh ‘titipan banyak pihak termasuk oknum anggota DPRD (Provinsi, kota & kabupaten). Ini yang disebut Ahok-Djarot sebagai ‘pengkhianatan kepada rakyat, maka Ahok-Djarot pun melawan. Dan, BLAAAMMM..... Ahok-Djarot pun ‘digebukin lagi rame-rame.
.
BAGAIMANA NASIB AHOK-DJAROT SELANJUTNYA?
.
 (1). Ahok-Djarot harus meyakinkan para SKPD-nya untuk satu langkah & satu semangat berbuat dan bertindak benar?, akankah?

(2). Ahok-Djarot mampukah mendapat dukungan dari KIH, sedangkan mereka pun digebukin oleh orang KIH di DPRD DKI Jakarta. Kalau pun kemudian fraksi Nasdem, PKB dan PAN, menarik diri. Bagaimana dengan PDIP, Hanura?

(3). Ahok harus memahami ketidak-nyamanan  dan keserba-salahan Djarot yang diusung PDIP sebagai Wagubnya.

(4). Ahok memang bekerja ‘sendiri, tanpa partai pengusung, masalah yang muncul pun diakibatkan lebih condong masalah ‘personal Ahok sendiri yang dianggap ‘temparemental. Sehingga munculah dendam-dendam pribadi dan ini dijadikan momentum para Ahok-Hatter untuk ‘’menggebukinya lagi disosmed

(5). Ahok juga tidak harus cepat puas diri sebagaimana suvey Cyrus Network (2-7 Maret 2015) yang mengatakan bahwa > 68,8% warga Jakarta masih pro Ahok alias tidak suka dengan kinerja DPRD DKI Jakarta. Karena ini hanya dukungan ‘diatas kertas, bukan kongkrit secara fisik.Kalaupun ada satu milyar relawan yg mengepung DPRD DKI Jakarta, namun jika tidak didukung fakta tentang ‘anggaran siluman Rp.12,1 trilyun ini ,hanyalah sia-sia, malah inkonstitusi.

(6). Ahok juga tidak harus cepat puas diri atas kemenangan saat Pilgub DKI Jakarta 2012 lalu yaitu;Putaran I (1.847.157 orang = 42,60%) dan putaran II > 2.472.130 (53,82%) suara. Karena saat itu Ahok duet dengan Jokowi yang juga juga mendapat ‘suntikan suara dari kader/struktur PDIP, Hanura & PKPI. Kalau pun kemudian PKPI tidak mendapat kursi di DPRD.Selain itu saya pribadi yakin bahwa kemenangan Pilgub 2012 hanyalah/dominan karena ada Jokowi sehingga relawan pun demikian solid

(7). Ahok harus kembali membaca peta politik DPRD DKI Jakarta thn.2014-2019, yaitu 106 kursi/anggota dari 10 partai politik ;

a. PDIP = 28 kursi
b.Gerindra = 15 kursi
c.PKS =11 kursi
d.PPP = 10 kursi
e.Demokrat = 10 kursi
f.Hanura = 10 kursi
g.Golkar = 9 kursi
h.PKB = 6 kursi
i.NASDEM = 5 kursi
j.PAN = 2 kursi
.
Secara politis dan kongkrit, saat ini Ahok-Djarot hanya didukung 3 fraksi (Nasdem, PKB & PAN), dengan jumlah 13 kursi/orang . Betapa beratnya melawan sisanya ,93 kursi/orang !,  Ahok harus merubah ‘style-nya, jangan dulu banyak ancam dan komentar, apalagi saat ini KPK dan Mendagri sedang bekerja. 
..
Malah sebaliknya Ahok-Djarot  harus lebih ‘menyempurnakan truff – truff dan skak-math anggota DPRD DKI Jakarta yang telah dipunyai sekarang.
.
Diakhir surat terbuka ini, Mari kita semua berpikir logis dan memberikan input yang positip dan proporsional kepada Ahok-Djarot.Sebagaimana tulisan ini yang telah saya kirim kepada Ahok-Djarot. Selebihnya, biarkan Allah SWT, Tuhan YME yang memutuskannya !
.

Insha Allah,
Aamiin Yarabil’alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar