Media Ummat & Koran Jokowi : “Apa sikap Bung Karno terhadap Keseimbangan Lingkungan?”, pertanyaan
seorang teman (@Baron Alfa) dari
Pagaralam, Sumsel pagi ini melalui
telepon cukup menggelitik. Saya tersenyum, saya bilang ,”Insha Allah, tidak
hanya didalam negeri, Bung Karno pun adalah
pelopor penghijauan Tanah Suci tahun 1955 lalu”
.
“Agh, kapan?,bagaimana ceritanya
bro..!?”,
“Mau tau apa mau tau banyak !?”, ..”, dia tak menjawab malah telepon pun
ditutup. ‘Tuuut, tuuut, tuuut...
Wkkk, nesu ! ;p
..
Check it dot; Bung Karno melakukan
kunjungan kenegaraan ke Saudi Arab , Mesir dan beberapa negara lainnya,
sekaligus melaksanakan ibadah haji antara tgl. 18 Juli - 4 Agustus
1955. Panasnya Padang Arafah membuat
beliau mengernyitkan dahi, bukan hanya karena terik matahari, namun
ke-insinyuran-nyalah yang membuat ia berpikiir jauh. Dia banyak melihat
bagaimana para jemaah haji khususnya yang usia-usia tua demikian ‘repot karena
saat itu panasnya mencapai > 37-45 derajat celcius. Bandingkan dengan
Jakarta 25-36 derajat dalam keadaan normal pun sudah membuat warganya repot.
.
BK pun menemui pejabat Kerajaan Arab Saudi, yaitu Raja Saud bin
Abdul Aziz, raja kedua Saudi yang merupakan putra pendiri kerajaan Raja Abdul
Aziz bin Saud yang wafat dua tahun berselang. Dalam pembicaraan mereka BK
menyampaikan beberapa hal penting, diantaranya;
.
(1). Saat melaksanakan
ibadah Sa'i, lari-lari kecil antara bukit Marwah dan Safa , beliau melihat
banyaknya para pedagang kaki-lima yang tak tertata rapi sehingga menganggu
jamaah, juga di Padang Arafah,
.
(2). Selain karena kumuh,
BK pun mengusulkan kerajaan agar memperbaiki jalur antara bukit Shafa dan
Marwah,
.
(3). Perlunya menanam pohon disekitar Padang Arafah, yang terletak > 21 Km dari Mekkah dengan luas
10,4 Km2. Dan ke-tiga hal itu pun disetujui. Esok harinya kawasan Bukit
Marwah dan Safa serta Padang Arafah pun ditertibkan dari pedagang kaki-lima
juga jalannya diperluas. Bagaimana dengan ‘Penghijauan di Padang Arafah?
..
Singkat ceritra, usai tiba di tanah air, Bung Karno mengirimkan
tim ahli dan ribuan bibit pohon khas Indonesia yang
tahan hidup di padang tandus, namanya pohon Mindi atau Geringging ( Melia azedarach L.) atau Imba. Ada pula yang
menyebutnya pohon imba.
.
Untuk menyempurnakannya, kerajaan membuat tekhnology dalam
tanah tempat tumbuhnya pohon mindi ini pun
disimpan pipa sehingga setiap batang pohon bisa tersiram air, kalau pun musim
kemarau. Dan kerajaan pun menamakannya pohon itu dengan ‘POHON
SOEKARNO”.Subhanallah..
.
Beberapa tahun kemudian, mimpi Soekarno terwujud.
Padang Arafah perlahan mulai hijau. Saat ini, pohon-pohon itu masih tumbuh di
Padang Arafah dan melindungi jutaan jamaah haji ketika wukuf. Malah, Jamaah haji bisa
terkena denda (dam) jika mematahkan
ranting pohon itu.
.
Atas itu pula maka tgl.17 Desember 1961 di
Puncak,Jawa Barat, BK pun mencanangkan “Pekan Penghijauan
Nasional “ dimana ini merupakan cikal-bakal penghijauan/reboisasi nasional. Sayang,
usai beliau wafat program ini ‘mati-suri’ dan hanya seremonial saja, buktinya di
tahun 1950-1960 Worldbank mencatat luas hutan nasional > 193,7 juta Ha, kini
di tahun 2015 tersisa > 104,2 juta Ha
dan >40%-nya disebut LAHAN KRITIS; Gundul, tak memberikan manfaat bagi
rakyat, malah rawan bencana alam (Longsor, Erosi, Banjir, angin Topan, Polusi
udara dan air bersih, dsb). Dan sudah tak terhitung lagi jumlah korban tewas
dan kerugian materi akibat hal ini. Yang cilakanya, rakyat pedesaanlah yang
menanggung resiko awal dibandingkan ‘orang kota.
.
Check it dot, Tahun 2009-2014, saat
pemerintahan SBY ada program ‘1 Milyar Pohon Nasional’ dengan anggaran APBN
Rp.2,5 trilyun/tahun alias > Rp.12,5 Trilyun utk 6 tahun. Seharusnya sudah
ada >6 milyar pohon yang tertanam. Namun nyatanya, Siti Nurbaya – menteri LH
& Kehutanan (LHK) kabinet Kerja Jokowi 2014-2019 mempertanyakannya, “”Pertanyaannya
bukan jumlah tanaman, tapi dimana tanamannya" Mana land cover-nya?” Senin
(17/11/2014) --- http://www.jpnn.com/read/2014/11/17/270220/Gerakan-1-M-Pohon-Dievaluasi-
.
Sayang sejak 100 hari
kerjanya, hingga saat ini (Sabtu, 18 Juli 2015) , Ibu Menteri ini tidak juga
membuktikan apapun. Ngemeng doang, semoga beliau adalah salah satunya yang
di-Reshuffle nanti. Aamiin.
.
“Jika
seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali
dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang
dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya.” [HR. Muslim)
.
Para
ahli ilmu menyatakan bahwa sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya,
seperti membuat sumur umum, membangun masjid, membuat jalan atau jembatan,
menanam tumbuhan baik berupa pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan
lainnya.
.
Jadi,
menghijaukan lingkungan adalah menjaga
keseimbangan lingkungan juga amal ibadah
penanamnya–walau telah meninggal- selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan.
.
“Tak
ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung
memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah
karenanya.” [HR. Al-Bukhoriy dan Muslim ]
.
Tahun 1955 lalu, Bung Karno telah ‘berpikir dan bertindak-jauh
dari manusia lain tentang penghijauan ditanah suci. Itu akan menjadi
amal-ibadah untuknya sepanjang bumi ini ada, semakin cintaku kepada ‘Sang Putra
Fajar ini. Semoga Allah SWT, Tuhan YME memberikan tempat yang paling mulia, Juga
kepada kita semua yang melakukan ‘penanaman pohon dengan amanah dan ikhlas. Aamiin
Yarabil’’alamin, Alfathihah...
.. >))))”>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar