Media Ummat & Koran Jokowi : Sejak
Pre-KAA 2015 lalu , media di Jawa Barat demikian ‘meng-elu-elukan Emil (M.Ridwan
Kamil) selaku Walikota Bandung yg potensial, muda, smart, hebring dan segala macam pujian lagi. Emil yang baru jadi Walikota itu bagai orang yang ketiban rejeki KAA. Kota Bandung yang mendapat (konon) suntikan dana
> Rp.100 Milyar langsung ikut berhias. Namun sayang estetika prioritas tidak
dilakukan, misalnya; Masih Berkeliarannya gelandangan di pinto tol keluar masuk
Pasteur , Bersliwerannya kabel telp/listrik sepanjang Pasteur, Braga dan Pusat
Kota lainnya.
Malah tanpa tedeng aling-aling Direktur
Cyrus Network Hasan Nisbi mengatakan bahwa Emil yang thn.2013 lalu didukung PKS & Gerindra
ini sengaja menjadikan KAA sebagai panggung politik dan menaikkan tingkat
popularitasnya di mata publik. Juga ditambahkan jika Emil mau berpolitik, silahkan,namun bukan
ke Pilpres 2019 karena dia masih dilevel walikota tetapi cobalah ke Pilgub DKI
Jakarta 2017 yad. Ahahaha, bagi saya pribadi ini skorenya 50;50 , Hasan Nisbi
punya kekuatan statemen tetapi mengapa Emil diarahkan ke Jakarta?, kenapa tidak
ke Pilgub Jawa Barat utk menggantikan Aher?, ahahaha..karena senioritas?,
padahal Cyrus juga pernah merilis survey di 24 kecamatan Jakarta (Mei 2015) bahwa Emil hanya mendapat 10,4%, sedangkan
Ahok & Rismarini-Walikota Surabaya antara 35-37%. ini yang saya bilang ‘gak-cengli.
.
Demikian juga saat pre &
kepulangan Emil melayat ke LN (Belanda,
Prancis, dan Jerman) sejak 13/1/2014) yang awalnya 'muji-muji 7 turunan, berubah drastis; semua hal yang telah dikerjakan Emil
seakan musnah oleh berita-berita yang demikian gencar ‘menyudutkan bahkan
menyerang Emil karena;
.
1. Emil
dianggap ceroboh mengeluaran Perwal No. 361 tahun 2015 tentang PPDB - Penerimaan
Peserta Didik Baru di Kota Bandung thn.2015/2016, khususnya untuk Syarat
pendaftaran jalur
non-akademik afirmasi yang minta dilengkapi dengan SKTM (Surat Keterangan Tidak
Mampu). Dalam hitungan waktu terkumpulah
> 9.000 siswa ber-SKTM (?). Padahal kuotanya hanya sekitar 5.900 siswa/kursi. Cilakanya, diantaranya ada yang SKTM PALSU, yaitu sekitar 1.000 SKTM yang dibuat warganya agar anak-anak mereka bisa masuk SMP/SMA
Negeri.
2. Demi masuk sekolah negeri,
banyak warga mampu yang rela "miskin dan diakui" pejabat setempat (RT,RW,Lurah,
Camat dsb) melalui SKTM itu ,malah ini membuat lahirnya 'kelompok mafia SKTM sebagaimana
tuduhan Emil. Dilapangan pun saya dengar banyak orang-tua/wali murid yang rela
mengeluarkan Rp.4-6 juta untuk mendapat SKTM. Tetapi anak mereka aman di
sekolah negeri.
3. Sejak awal , bagi
sekolah-sekolah swasta , SKTM itu adalah
racun, mereka ‘dibunuh secara perlahan oleh pemkot. Karena orang akan mengupayakan SKTM daripada sekolah di
swasta. 'Emil pun puyeng kepala berbie ;p
4. Masalah > 1.000 SKTM
palsu terus bergulir keras. Kesalahan ke-2 Emil adalah dengan menyertakan
Polisi untuk memferifikasi SKTM-SKTM itu, padahal idealnya cukup oleh lingkungan
Disdik saja atau Dinsos jika diperlukan. Emil dianggap ‘cuci-tangan melalui
Polisi. Sedangkan kita tahu masih banyak warga yang ‘malas dan takut berurusan
dengan Polisi, ini akan mengakibatkan trauma warga terhadap polisi
5.
Dalam hitungan detik dan tidak disangka-sangka Emil,
kemudian banyak orang-tua yang anaknya
masuk katagori Jalur prestasi dan dirugikan oleh adanya Perwal/SKTM pun mulai
melakukan ‘manuver-manuver & langkah
hukum (PTUN, LBH, Ombudsman,dsb) juga ke
DPRD Kota Bandung. Posisi Emil memang di-Kick Balik.
6.
Dalam kegalauan Emil, ia pun hari ini (Kamis,09/07) mengeluarkan kebijakan
untuk meminimalisasi kasus itu dengan menambah kuota 2.247 kursi baru di SMP
&SMAN Kota Bandung. Cilakanya lagi, ini mendapatkan cemoohan dan serangan
balik dari Forum Sekolah Swasta. Dengan
kata lain , SKTM saja sudah membunuh apalagi penambahan kuota. Pers jawa Barat
pun serasa mendapat ‘umpan lain yang lebih segar maka semakin lengkaplah derita
Emil diperbincangkan.
7.
Bolapanas lain disampaikan oleh para LSM bidang
pendidikan, mereka menilai ada rekayasa sejak awal digulirkan, khususnya dari
LSM Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan
(GMPP) yang menuding Emil selaku Walkot
Bandung telah melakukan rekayasa
penanggalan Peraturan Wali Kota (Perwal) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
2015. Salah satu indikasi adanya
rekayasa yaitu, pada 16 April 2015 lalu, Emil mengatakan telah menandatangani Perwal PPDB. Ternyata
baru tgl. 18 Mei 2015. Dan fatalnya, Emil baru mempublish kewarga tgl. 5 Juni
2015, padahal pendaftaran PPDB dimulai tanggal 1 Juni 2015. Sehingga terjadinya
kurang sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah. Ada apa Emil?
8.
Masalah kecil/lokal ini kok sepertinya akan dijadikan
kosumsi nasional?, bahkan internasional?, apa ada pesan sponsor ;p
9.
Tidak itu saja diduga ada sekenario besar untuk
meng-impeachmen Emil kedepan, tentunya sangsi itu hanya utk Emil seorang selaku Walikota,
bukan kepada Wakil Walikoya, bukan kepada Ketua DPRD Kota bandung, bukan kepada Ketua
Komisi D/DPRD, bukan kpada Kadisdik kota da bukan juga kepada para kepala
sekolah.
.
Siapa yang bermain dibelakang ini
semua?,
mengapa mereka tega melakukan ini
kepada Emil?,
bermasalah tentang anak sekolah
lebih repot sangsi sosialnya daripada membuat taman kota!
Apalagi jika berujung pada
impeachment !
Jokowi-ahok pernah hendak
di-impeachment ttg KJS, namun mereka menang karena kompak + dukungan Relawan
militannya.
.
Dengan kejadian ini semoga membuat
Emil lebih ‘Ajeug dan lebih fokus urus Bandung. Jangan berpolitik, jangan
ikut-campur urusan kepala daerah lain. Dan tetap waspada bahwa tidak selamanya
kawan itu adalah dulur rokhani, dulur sa’geutih-sa’buuk.
Mereka buas disaat kepentingan mereka merasa terjegal dan sudah tak bermanfaat,
kita pun akan ditinggal sendiri dengan segala ‘beban yang mereka tinggalkan.
.
Ayo pak Wali, mari bereskan
Bandung saja!.
STOP Nyagub Jawa Barat,
STOP Nyagub Jakarta,
STOP ikut Pilpres 2019.
Skak – Ster !!,
Ehehehh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar