Media Ummat & Koran Jokowi:
Mungkin diantara anak-anak kita, tetangga dan kawan-kawan Media Ummat
banyak yang belum ‘ngeh tentang Legenda SANGKURIANG & DAYANG SUMBI yang mengisahkan terbentuknya Gunung
Tangkubanparahu , yang kemudian menjadi
dan salah satu cerita rakyat Indonesia. Maka kewajiban kami (Media
Ummat) untuk menyampaikan hal ini sebagai kecintaan kepada Bumi SILIWANGI. Juga
Kebesaran-Nya atas segala isi bumi yang kita pijak ini. Tidak lebih.
Apapun Allah SWT, Tuhan YME telah memberikan kita , khususnya LEMBANG
dengan berbagai kekayaan yang selayaknya kemudian dikelola dengan baik sehingga
mampu memberikan kesejahtraan warganya. Sebagaimana amanah SILIWANGI : ASAH,
ASIH, ASUH.
Gunung Tangkuban Perahu yang tercipta sejak
> 50.000 tahun lalu dengan ketinggian
> 2.800 meter merupakan bagian besar dari Gunung Sunda ini mempunyai 9 kawah
aktif, ; Kawah Upas, Kawah Orok, Kawah Domas dsb hingga ceritra /dongeng tokoh Ki Gembol dan Nini Selendang Ungu. Juga diperkaya lagi
dengan ditemukannya SELENDANG DAYANG
SUMBI. Yang menurut ahli Geology berasal
dari aliran lava basal yang sangat cair yang berasal dari Gunung
Tangkubanparahu, diperkirakan ‘usianya juga lebih dari 50.000 tahun. Lava itu
(seolah) menyerupai tali, pita, atau selendang ini tergolong jenis ‘Pahoehoe (baca paho-e ho-e) sebagaimana yang berada di Kepulauan Hawaii
Penemuan SELENDANG DAYANG
SUMBI (SDS) ini kemudian melengkapi
keberadaan KAWAH RATU yang juga merupakan bagian tak terpisahkan dari Gunung
Tangkuban Perahu itu sendiri. Check it dot.
Ada versi lain yang menyebut itu merupakan tangisan Dayang Sumbi, sebagai tanda ketakutan dan mohon ampun kepada Allah SWT, Tuhan YME karena prilaku anaknya (Sangkuriang) yang telah membunuh bapaknya (Anjing:Tuma) dan berniat menikahinya.
Dan disaat Dayang Sumbi itu melompat, SELENDANG yang
dipakainya itu terlepas dan jatuh di tempat sekarang SDS itu berada ,yaitu di aliran Sungai Cikapundung
yang berada dalam lingkungan Taman Hutan Raya (THR) Ir H Djuanda di daerah Dago
Pakar. Disebagian masyarakat menyebut Selendang itu berwarna Hijau, Kuning
bahkan Ungu. Agh,biarlah.
Selendang Dayang Sumbi (SDS) |
Tepatnya, SDS itu berada pada sebuah tebing curam > 20 meter yang terletak di antara Curug
Lalay dan Cikidang, yang ditemukan petugas THR Ir Djuanda pada akhir tahun 2010.
Akan tetapi bentuknya sudah berubah menjadi lava pahoehoe (baca paho-e ho-e)
yang unik. SDS itu berwarna hitam gelap bermotifkan lipatan-lipatan mirip
anyaman-anyaman pada kain, sehingga menyerupai batik yang berada di atas
permukaan batu
Dalam arti lain, SDS
adalah lukisan alam dari aliran lava panas sisa letusan Tangkuban Parahu
48.000 tahun yang lalu. Apapun ceritra kemudian yang berkembang di masyarakat
hendaknya kita sikapi dengan baik dan penambah khasanah dan kecintaan kita
kepada-NYA. Tidak melebih-lebihkan, tidak juga menguranginya. Insha Allah ----------------------- foto:repro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar