Media Ummat Online

Media Ummat Online
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". [Al-Imron:104]

Kamis, 31 Maret 2016

ISU SARA KEMBALI BERMAIN

SARA YANG INI TIDAK CANTIK & SEXY ?
.
Yuni Shara & Sarah Azhari adalah dua wanitta seksi Indonesia yang pasti banyak disukai pria. Tapi bagaimana dengan SARA?, SUKU-AGAMA-RAS & ALIRAN?, bagi manusia Indonesia modern yang mencintai ‘kenyamanan dan ketentraman hidup dalam perbedaan keyakinan , ini menjadi  hal yang menakutkan. Karena tidak diajarkan dalam PANCASILA  . SARA ibarat  vampire yang sudah dikubur dalam-dalam di bumi pertiwi ini, yang Demi Tuhan, Demi Allah SWT tidak ada manfaatnya  kepada seseorang  yang  ‘membangunkannya khususnya di Bumi Pertiwi yang sedang membangun dari kehancuran  dahsyat selama ini.
.
Tidak bisa diabaikan, isu SARA  demikian lekat saat Rezim Orde Baru, yang kebetulan dipimpin oleh H.Suharto,  entah sengaja atau tidak namun kemudian (dianggap) sebagai bagian dari strategi managemen konflik yang dikembangkan Rezim untuk dapat menguasai pemerintahan dalam satu kekuasaan ( Single Majority ) .
.
Berpijak pada alasan pengalaman masa lalu ( sengaja dibuat/by design? ) yaitu  dahsyatnya pemberontakan PKI 1965,  Rezim ini melalui MPR yang saat itu bisa dikuasainya mengubah dari “ Pancasila sebagai Wadah Ideologi Bangsa” menjadi “ Satu-satunya Ideologi Bangsa dan menjadi sumber dari segala sumber Hukum yang berlaku di Indonesia”.
.
TAP MPR ini pula yang dijadikan pijakan untuk menghapus kekuatan politik berbasis Ideologi Primordialistik menjadi kekuatan politik berbasis program aspiratif, sehingga hanya ada dua Partai Politik ( PPP & PDI) dan satu Golongan ( Karya ) sebagai wadah aspirasi politik Warga Negara.
.
Rezim ini juga menyadari benar bahwa dihilangkanya wadah aspirasi politik berbasis Ideologi ( Primordialistik ) dengan ditetapkannya azas tunggal ini akan menimbulkan gejolak ( sengaja ditumbuhkan? ) yang kemudian dikendalikan dengan mengembangkan managemen konflik menjadi isu SARA.
.
Stigma-stigma “ PKI “ bagi gerakan tuntutan keadilan yang mewadahi aspirasi rakyat akar rumput ( yang dikenalkan dengan ekstrim kiri ) dan “SARA” dikumandangkan bagi gerakan tuntutan keadilan bagi umat Islam ( disebut ekstrim kanan ).
.
SARA sebenarnya adalah satu strategi managemen konflik yang di kembangkan Rezim yg sebetulnya malah ANTI PANCASILA!?.

.
Waktu lalu, tepatnya sekitar  bulan Februari 2016.   Letjen TNI (Pur.) Johannes Suryo Prabowo, mantan wakil kepala staf angkatan darat (Wakasad) dan mantan kepala staf umum (Kasum) TNI , yang juga timses Prabowo saat Pilpres 2014 lalu, dalam status Facebooknya menulis  “Man-teman … Terutama #TemanAhok … Kalau sayang dgn teman2 atau sahabat dari etnis Tionghoa, tolong diingatkan agar jangan ada etnis Tionghoa yg “sok jago” ketika berkuasa atau dekat dengan penguasa. Kesian kan Tionghoa lainnya yg baik2 dan/atau yg miskin, kalo ada yg mau mbantai atau menjarah, mereka kan gak bisa kabur ke luar negeri  Tolong jaga Bhinneka Tunggal Ika dan sama-sama membangun HARMONI DALAM KEBERAGAMAN.  JSP #SaveNKRI”
.
Dan akhir Maret  2016 ini, beredar pula cuitan Dr. Yusron Ihza Mahendra, LL.M. Adik kandung Prof.Yusril I.Mahendra.  Dimana Yusron juga adalah mantan penasehat khusus Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik IndonesiaBidang Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Wilayah Asia Timur, mantan  Ketua DPP Partai Bulan Bintang (PBB) thn. 2005-2010 , mantan Wakil Ketua Umum thn. 2009-2014, mantan Wakil Ketua Komisi I DPR RI Bidang Pertahanan thn.2004-2009 dan mantan  Ketua Liga Parlemen Indonesia-Jepang (2004-2009). Yang sejak tanggal 24 Desember 2013, Yusron dilantik menjadi Duta Besar RI untukJepang era Presiden SBY.
.
Cuitan Yusron, yang masih menjabat sebagai Duber RI untuk Jepang ini berisi, “ Mohon Ahok tdk arogan dlm memerintah. Kasihan dgn Cina2 lainnya yg miskin, baik & tdk salah jk mrk jd korban “
.


Sebagai ideologi, Pancasila telah mencapai posisi puncak pada tanggal 30 September 1960, bersamaan dengan pidato Presiden Sukarno di depan Sidang Umum PBB ke-15. Naskah pidato Bung Karno begitu termasyhur dengan judul megah: “To Build the World Anew”, membangun tatanan dunia yang baru berdasarkan Pancasila. Dalam kesempatan itu, dengan sangat fasihnya, Bung Karno mengupas satu demi satu Pancasila dan penafsiran serta pemaknaannya. Dunia pun berguncang menerima PANCASILA, mereka standing-applaus sesudahnya. Dada Bung Karno ‘menggelegak karena kebanggaannya mengantar Indonesia ketingkat Internasional.
.
Kini, di era INDONESIA HEBAT. Tinggallah kita, juga kalian, untuk selalu meresapi, memaknai & mengamalkannya  dalam tata kehidupan sehari-hari. Termasuk, tentu saja, bagi mereka para kaum  (yang mengaku intelektual) , tanpa kompromi.!!

PERTANYAANNYA ;  

JIKA SAAT INI ADA YANG MULAI  ‘BERMAIN SARA, SIAPAKAH MEREKA?, MENGAPA MENGINGKARI PANCASILA ?, ATAU MUNGKIN MEREKA KURANG PIKNIK?
(Foto.Repro)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar