Media Ummat Online

Media Ummat Online
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". [Al-Imron:104]

Senin, 24 Agustus 2015

# Kalau Tionghoa, emang ngapeh son ?#

Media Ummat & Koran Jokowi: Sejak pre-Pilgub DKI Jakarta 2012 , Pilpres 2014 hingga saat ini kata-kata kasar dan caci-maki disosial media tentang etnis Tionghoa demikian sudah tak lagi mengenal etika  dan norma kehidupan bangsa yang menghargai adanya perbedaan keyakinan.
.
Sebagian orang merasa  paling benar didunia ini, dan mereka etnis Tinghoa yang selalu ‘disalahkan dalam perjalanan bangsa besar ini. Apalagi jika itu untuk kepentingan politik tertentu.
.
Saya ingat, saat kecil (usia SD)  Ketua RT saya selama 10 tahun disebuah sudut di Jakarta timur adalah keturunan Tionghoa. Tak hanya itu saja beberapa karyawannya dalam pembuatan tempe, es lilin dan warung kelontongnya pun mayoritas penduduk ‘pribumi’. Dan  si ‘Engkoh/babah ini pun dikenal sebagai tabib didaerah kami, namun hanya melayani warga sekitar bukan untuk warga kampung lain. Tanpa dibayar pula. Semua telah puluhan tahun berjalan tanpa masalah hingga kemudian kami pindah kekawasan Cipinang, Jakarta Timur.
.
Tahun 1980-1984, seorang milyarder keturunan Tionghoa membangun perusahaan dimana orang-tua saya diminta menjadi Direktur utamanya, lebih dari 700 karyawannya diperkerjakan dan mayoritas mereka adalah adalah penduduk ‘pribumi’’.  Harunya, disetiap kantor cabang si ‘Aseng ini meminta agar dilengkapi mushola sehingga karyawan selalu beribadah tepat waktu. Hingga kemudian berakhir tahun 1994 lalu , karena ada regulasi pemerintah terkait bisnis kami, perusahaan ini pun dibeli oleh ‘Asing, bukan Aseng. Karena salah kelola  2 (dua) tahun kemudian si ‘’asing ini menarik modalnya, dan kami pun ‘bangkrut’.  Seluruh karyawan dirumahkan, aset-aset pun dijual. Bagi saya pribadi; Si Asing umumnya sangat arogan, kurang ketimuran  dan kurang menghargai pekerja lokal. Bagai minyak dan air. Maka sulit bagi mereka untuk ‘bersatu’ membangun bisnis.
.
Bagi saya pribadi ‘Aseng itu lebih Indonesia daripada ‘Asing, sebagaimana hadits Rasulullah SAW, kalau pun kemudian disebut lemah yaitu “TUNTUTLAH ILMU HINGGA KENEGERI CHINA”. Bagi saya pribadi , ini hanyalah motivasi agar jangan pernah lelah memperbaiki kualitas dan kuantitas hidup didunia. Sebagaimana kita tahu, Jauh sebelum ajaran Islam diturunkan Allah SWT, bangsa  Tinghoa (Cina)  telah mencapai peradaban yang amat tinggi. Kala itu, masyarakat Negeri Tirai Bambu sudah menguasai beragam khazanah kekayaan ilmu pengetahuan dan peradaban.
.
Dan Tak bisa dipungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu ketabiban, kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat Cina ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M.
.
Di Indonesia, tak terhitung jumlah konflik sosial yang menyertai mereka, pembantaian masal etnis Tionghoa. Yang saya ingat  salah satunya adalah ‘kejadian Angke, Jakarta Barat (sekarang) dimana awalnya para pekerja Tionghoa berniat melindungi pekerja pribumi di pabrik gula karena selalu disiksa majikannya yang orang Asing (Belanda). Pekerja Tionghoa inipun bersatu bersama pribumi dan melakukan perlawanan sekitar  tgl. 9 – 22 Oktober 1740.  Lebih dari 10.000 orang keturunan Tionghoa dan pribumi  dibantai. Kemudian kejadian ini menjadikan barometer perlawanan Pribumi dan Tionghoa di seluruh pulau Jawa melawan Belanda. Dan banyak ceritra menyedihkan lain hingga berujung pada pembantaian Mei 1998 lalu.
.
Saat menginjak remaja, saya berteman dengan keluarga keturunan Tionghoa pula, menariknya setiap liburan saya diajak mereka untuk berburu kodok diseputaran sudut Cipinang, Jakarta Timur lalu. Kami bersama ‘pribumi’ membawa petromak, setelah terkumpul kami pun memasaknya dan memakan bersama-sama. Kebiasaan lain, si ‘Aseng ini selalu menyisihkan uang untuk para ‘pribumi untuk keperluan rumah-tangganya dengan ikhlas ,seiring waktu kami berpisah karena si-Aseng ini bekerja di Hongkong meneruskan warisan bisnis orang-tuanya.
.
Saya juga masih menyimpan memori yg lekat  dimana saat itu  Katib Syuriah PB NU, Dr.Said Aqil Siradj MA di gedung Graha Patria, Kodya Blitar pada tanggal 12/11/1998 yg lalu. Mengatakan bahwa:
.
1. Dikisahkan oleh Said Aqil, dalam silsilah pengembangan Islam di Asia dan Indonesia ada pihak-pihak yang perlu diperhatikan yakni Achmad bin Isa, bin Ali Uraidi bin Ja’far Sadiq bin Muhammad Bakir bin Ali bin Abidin, bin Husain bin Ali bin Fatimah binti Rasullullah. "Achmad bin Isa pindah ke negeri Campa dan kawin dengan wanita Tionghoa dan mempunyai anak Abdul Qodir (Tan Kim Han). Dia ini gugur melawan Mojopahit dan dimakamkan di Desa Tuloyo, Mojokerto".
.
2. Tan Kim Han, lanjut Said, menurunkan anak bernama Raden Rachmad Sunan Ampel (1) dan menurunkan KH Hasim Asy’ari (2), selanjutnya menurunkan KH Wahid Hasyim (3) dan punya anak bernama KH Abdurrahman Wahid (4) atau Gus Dur.  "Jadi, Gus Dur itu Tionghoa, maka matanya sipit", tandas Said yang juga tokoh idola saya.
.
3. Entah bagaimana asal-muasalnya kini juga disosial media sedang marak beredarnya link-link berita yang menyatakan bahwa “8 DARI WALISONGO ADALAH KETURUNAN TIONGHOA”. Jika IYA ,kenapa?, jika BOHONG,kenapa?, Be carefull !
.
4.Kehadiran Jokowi dan Ahok, yang selalu diidentikan sebagai Tionghoa bahkan  “Komunis”, adalah bagian dari ceritra panjang bangsa dan negara ini yad. Yang selayaknya harus disikapi dengan bijaksana, bukan sumpah-serapah, caci-maki, fitnah  dan karena dendam amarah. Padahal jauh hari, yang saya takutkan malah ada ‘komunism’ tersembunyi diantara kita. Yang mengharapkan kehancuran bagi NKRI. Mereka yang terlihat ‘alim namun prilakunya bertentangan dengan ajaran agama apapun, khususnya Islam.  Seorang Islam yang takut kepada ‘laknat’ Allah SWT, tidak mungkin korupsi dana haji, dana al quran, dana bansos dan dana-dana ummat lainnya.
.
Dalam arti lain, jangan-jangan merekalah para ‘benalu pembangunan yang merasa terganggu dengan kehadiran Jokowi-Ahok. Mereka yang terbiasa berpesta pora dengan uang-uang rakyat dengan berbagai cara. Mengurai benang kusut saja membutuhkan waktu panjang, apalagi mengurai prilaku barbar dan korup bangsa ini yang telah berkarat. ‘May be yes,may be no.
.
5. Kini juga beredar isue bahwa akan  datang 10 juta TKA—Tenaga Kerja ‘Aseng. Bagaimana mungkin, sedangkan Menakertrans RI telah menetapkan aturan baru bahwa setiap 1 orang TKA harus juga memperkejakan/rekruit min.10 orang TKL-Tenaga Kerja Lokal. Ini yang perlu kita kawal, Indonesia ini jumlah LSM yang mengawasi nakertrans itu ‘sejublek, itu kerjaan mereka. Agar Presiden Jokowi dan Menakertrans (Hanif Dhakiri)  tetap ‘commited atas aturan ini. Bukan menyebar fitnah,son.  Saya ingat mantan owner saya yang Tionghoa mengatakan, “Shock-Culture memperlambat pekerja Lokal, maka kemudian menimbulkan rumors2 negatif “,
.
6. Just-Remind; setelah  Indonesia merdeka, etnis Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan etnis/suku lainnya, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Pertanyaannya kenapa harus diusik-usik dan dipertanyakan lagi?, kalau pun ada yang 'menyimpang itu oknum, sebagaimana orang muslim yang melakukan korup atau kriminalitas lainnya ;p
.
Agh, gak penting bagi saya dan teman-teman di MEDIA UMMAT & KORAN JOKOWI . Karena mendapat rejeki yang halal  dan kesehatan lahir-bathin adalah prioritas setelah tentunya ibadah kepada Allah SWT, Tuhan YME. ...... #Orang yang takut bersaing untuk hidup benar adalah penipu hidup &  jiwanya sendiri. Berbuat baik untuk sesama, kalau pun hanya memindahkan duri dijalanan. Biar Allah yang tetapkan nantinya”, pesan orang-tua ini yang kami pegang hingga akhir usia nanti, lebih nyaman. Inshaa Allah, Aamiin Yarabilalamiin. ‘Kamsiaaa...>))))”>

Gue Pribumi, Gue Orang Jawa Barat. Ada masalah? ;p
 
Pembantaian Tionghoa & Pribumi di Angke,Batavia. 9-22 Oktober 1740 oleh Belanda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar