Media
Ummat & Koran Jokowi: Sejak pre-Pilgub DKI Jakarta 2012 , Pilpres 2014
hingga saat ini kata-kata kasar dan caci-maki disosial media tentang etnis
Tionghoa demikian sudah tak lagi mengenal etika
dan norma kehidupan bangsa yang menghargai adanya perbedaan keyakinan.
.
Sebagian
orang merasa paling benar didunia ini, dan
mereka etnis Tinghoa yang selalu ‘disalahkan dalam perjalanan bangsa besar ini.
Apalagi jika itu untuk kepentingan politik tertentu.
.
Saya
ingat, saat kecil (usia SD) Ketua RT
saya selama 10 tahun disebuah sudut di Jakarta timur adalah keturunan Tionghoa.
Tak hanya itu saja beberapa karyawannya dalam pembuatan tempe, es lilin dan
warung kelontongnya pun mayoritas penduduk ‘pribumi’. Dan si ‘Engkoh/babah ini pun dikenal sebagai tabib
didaerah kami, namun hanya melayani warga sekitar bukan untuk warga kampung lain.
Tanpa dibayar pula. Semua telah puluhan tahun berjalan tanpa masalah hingga
kemudian kami pindah kekawasan Cipinang, Jakarta Timur.
.
Tahun
1980-1984, seorang milyarder keturunan Tionghoa membangun perusahaan dimana orang-tua
saya diminta menjadi Direktur utamanya, lebih dari 700 karyawannya diperkerjakan
dan mayoritas mereka adalah adalah penduduk ‘pribumi’’. Harunya, disetiap kantor cabang si ‘Aseng ini
meminta agar dilengkapi mushola sehingga karyawan selalu beribadah tepat waktu.
Hingga kemudian berakhir tahun 1994 lalu , karena ada regulasi pemerintah
terkait bisnis kami, perusahaan ini pun dibeli oleh ‘Asing, bukan Aseng. Karena
salah kelola 2 (dua) tahun kemudian si ‘’asing
ini menarik modalnya, dan kami pun ‘bangkrut’. Seluruh karyawan dirumahkan, aset-aset pun
dijual. Bagi saya pribadi; Si Asing umumnya sangat arogan, kurang
ketimuran dan kurang menghargai pekerja
lokal. Bagai minyak dan air. Maka sulit bagi mereka untuk ‘bersatu’ membangun
bisnis.
.
Bagi
saya pribadi ‘Aseng itu lebih Indonesia daripada ‘Asing, sebagaimana hadits
Rasulullah SAW, kalau pun kemudian disebut lemah yaitu “TUNTUTLAH ILMU HINGGA
KENEGERI CHINA”. Bagi saya pribadi , ini hanyalah motivasi agar jangan pernah
lelah memperbaiki kualitas dan kuantitas hidup didunia. Sebagaimana kita tahu, Jauh
sebelum ajaran Islam diturunkan Allah SWT, bangsa Tinghoa (Cina) telah mencapai peradaban yang amat tinggi.
Kala itu, masyarakat Negeri Tirai Bambu sudah menguasai beragam khazanah
kekayaan ilmu pengetahuan dan peradaban.
.
Dan Tak
bisa dipungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta
peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu ketabiban,
kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat Cina
ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M.
.
Di
Indonesia, tak terhitung jumlah konflik sosial yang menyertai mereka, pembantaian
masal etnis Tionghoa. Yang saya ingat salah satunya adalah ‘kejadian Angke, Jakarta
Barat (sekarang) dimana awalnya para pekerja Tionghoa berniat melindungi
pekerja pribumi di pabrik gula karena selalu disiksa majikannya yang orang
Asing (Belanda). Pekerja Tionghoa inipun bersatu bersama pribumi dan melakukan
perlawanan sekitar tgl. 9 – 22 Oktober
1740. Lebih dari 10.000 orang
keturunan Tionghoa dan pribumi dibantai.
Kemudian kejadian ini menjadikan barometer perlawanan Pribumi dan Tionghoa di
seluruh pulau Jawa melawan Belanda. Dan banyak ceritra menyedihkan lain hingga
berujung pada pembantaian Mei 1998 lalu.
.
Saat
menginjak remaja, saya berteman dengan keluarga keturunan Tionghoa pula,
menariknya setiap liburan saya diajak mereka untuk berburu kodok diseputaran
sudut Cipinang, Jakarta Timur lalu. Kami bersama ‘pribumi’ membawa petromak,
setelah terkumpul kami pun memasaknya dan memakan bersama-sama. Kebiasaan lain,
si ‘Aseng ini selalu menyisihkan uang untuk para ‘pribumi untuk keperluan rumah-tangganya
dengan ikhlas ,seiring waktu kami berpisah karena si-Aseng ini bekerja di
Hongkong meneruskan warisan bisnis orang-tuanya.
.
Saya
juga masih menyimpan memori yg lekat dimana
saat itu Katib Syuriah PB NU, Dr.Said
Aqil Siradj MA di gedung Graha Patria, Kodya Blitar pada tanggal 12/11/1998 yg lalu.
Mengatakan bahwa:
.
1. Dikisahkan oleh Said Aqil, dalam silsilah pengembangan Islam di Asia dan Indonesia ada pihak-pihak yang perlu diperhatikan yakni Achmad bin Isa, bin Ali Uraidi bin Ja’far Sadiq bin Muhammad Bakir bin Ali bin Abidin, bin Husain bin Ali bin Fatimah binti Rasullullah. "Achmad bin Isa pindah ke negeri Campa dan kawin dengan wanita Tionghoa dan mempunyai anak Abdul Qodir (Tan Kim Han). Dia ini gugur melawan Mojopahit dan dimakamkan di Desa Tuloyo, Mojokerto".
.
2. Tan Kim Han, lanjut Said, menurunkan anak bernama Raden Rachmad Sunan Ampel (1) dan menurunkan KH Hasim Asy’ari (2), selanjutnya menurunkan KH Wahid Hasyim (3) dan punya anak bernama KH Abdurrahman Wahid (4) atau Gus Dur. "Jadi, Gus Dur itu Tionghoa, maka matanya sipit", tandas Said yang juga tokoh idola saya.
1. Dikisahkan oleh Said Aqil, dalam silsilah pengembangan Islam di Asia dan Indonesia ada pihak-pihak yang perlu diperhatikan yakni Achmad bin Isa, bin Ali Uraidi bin Ja’far Sadiq bin Muhammad Bakir bin Ali bin Abidin, bin Husain bin Ali bin Fatimah binti Rasullullah. "Achmad bin Isa pindah ke negeri Campa dan kawin dengan wanita Tionghoa dan mempunyai anak Abdul Qodir (Tan Kim Han). Dia ini gugur melawan Mojopahit dan dimakamkan di Desa Tuloyo, Mojokerto".
.
2. Tan Kim Han, lanjut Said, menurunkan anak bernama Raden Rachmad Sunan Ampel (1) dan menurunkan KH Hasim Asy’ari (2), selanjutnya menurunkan KH Wahid Hasyim (3) dan punya anak bernama KH Abdurrahman Wahid (4) atau Gus Dur. "Jadi, Gus Dur itu Tionghoa, maka matanya sipit", tandas Said yang juga tokoh idola saya.
.
3.
Entah bagaimana asal-muasalnya kini juga disosial media sedang marak beredarnya
link-link berita yang menyatakan bahwa “8 DARI WALISONGO ADALAH KETURUNAN
TIONGHOA”. Jika IYA ,kenapa?, jika BOHONG,kenapa?, Be carefull !
.
4.Kehadiran
Jokowi dan Ahok, yang selalu diidentikan sebagai Tionghoa bahkan “Komunis”, adalah bagian dari ceritra panjang
bangsa dan negara ini yad. Yang selayaknya harus disikapi dengan bijaksana, bukan
sumpah-serapah, caci-maki, fitnah dan
karena dendam amarah. Padahal jauh hari, yang saya takutkan malah ada ‘komunism’
tersembunyi diantara kita. Yang mengharapkan kehancuran bagi NKRI. Mereka yang
terlihat ‘alim namun prilakunya bertentangan dengan ajaran agama apapun,
khususnya Islam. Seorang Islam yang
takut kepada ‘laknat’ Allah SWT, tidak mungkin korupsi dana haji, dana al
quran, dana bansos dan dana-dana ummat lainnya.
.
Dalam
arti lain, jangan-jangan merekalah para ‘benalu pembangunan yang merasa
terganggu dengan kehadiran Jokowi-Ahok. Mereka yang terbiasa berpesta pora dengan
uang-uang rakyat dengan berbagai cara. Mengurai benang kusut saja membutuhkan
waktu panjang, apalagi mengurai prilaku barbar dan korup bangsa ini yang telah
berkarat. ‘May be yes,may be no.
.
5. Kini juga beredar isue bahwa akan datang 10 juta TKA—Tenaga Kerja ‘Aseng.
Bagaimana mungkin, sedangkan Menakertrans RI telah menetapkan aturan baru bahwa
setiap 1 orang TKA harus juga memperkejakan/rekruit min.10 orang TKL-Tenaga
Kerja Lokal. Ini yang perlu kita kawal, Indonesia ini jumlah LSM yang mengawasi
nakertrans itu ‘sejublek, itu kerjaan mereka. Agar Presiden Jokowi dan
Menakertrans (Hanif Dhakiri) tetap ‘commited atas aturan ini. Bukan
menyebar fitnah,son. Saya ingat mantan
owner saya yang Tionghoa mengatakan, “Shock-Culture memperlambat pekerja Lokal,
maka kemudian menimbulkan rumors2 negatif “,
.
6. Just-Remind; setelah Indonesia merdeka, etnis
Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan etnis/suku lainnya, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Pertanyaannya kenapa harus diusik-usik dan
dipertanyakan lagi?, kalau pun ada yang 'menyimpang itu oknum, sebagaimana
orang muslim yang melakukan korup atau kriminalitas lainnya ;p
.
Agh,
gak penting bagi saya dan teman-teman di MEDIA UMMAT & KORAN JOKOWI .
Karena mendapat rejeki yang halal dan kesehatan lahir-bathin adalah prioritas setelah tentunya ibadah
kepada Allah SWT, Tuhan YME. ...... #Orang yang takut bersaing untuk hidup
benar adalah penipu hidup & jiwanya
sendiri. Berbuat baik untuk sesama, kalau pun hanya memindahkan duri dijalanan.
Biar Allah yang tetapkan nantinya”, pesan orang-tua ini yang kami pegang hingga
akhir usia nanti, lebih nyaman. Inshaa Allah, Aamiin Yarabilalamiin. ‘Kamsiaaa...>))))”>
Gue Pribumi, Gue Orang Jawa Barat. Ada masalah? ;p |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar