LEGENDA CIUNG WANARA
1.
Saat Raja Galuh, Raja
Prabu Permana Di Kusumah yang wilayahnya sejak Ujung Kulon Jawa Barat hingga
perbatasan (sekarang) Brebes dan
Surabaya ‘bosan menjadi raja,maka ia pun
bermaksud menjadi ‘pertapa. Meninggalkan juga ke-2 istri (Dewi Pangrenyep dan
Dewi Pohaci Naganingrum) yang juga belum mengaruniai anak sebagai penerus
kerajaan. ---
2.
Sang Raja ‘menyetujui disaat
ia bertapa maka wujudnya digantikan oleh menteri Aria Kebonan dan
diberinama baru sebagai ‘Prabu barma Wijaya, juga bonus lain yang diberikan
wajah Aria akan lebih muda 10 tahun. Prosesi ini hanya disaksikan oleh seorang ‘staff
ahli kerajaan , yaitu, UWA BATARA LENGSER. Singkat ceritra sang raja pun
‘menghilang bertapa, digantikan Raja baru. Raja lama memang memberi kekuasaan penuh pada Raja baru tsb, kecuali
‘tidak boleh melakukan hubungan biologis dengan ke-2 istri tsb.
3.
Si Raja baru demikian
diktator, hingga suatu waktu ke-2 istri Raja itu bermimpi Bulan Purnama. Raja
Baru panik karena itu tanda bahwa ke-2 ratu itu akan hamil. Sedangkan ia tidak
melakukan apapun. Ia pun minta advis Uwa Batara, singkat ceritra Uwa membawa
seorang pertapa sakti bernama AJAR SUKARESI untuk mendiskusikan hal ini.
Pertapa ini menyampaikan bahwa ke-2 ratu itu memang akan hamil malah akan
melahirkan anak-putra/laki-laki. Raja Baru panik karena ia tidak mau posisinya
akan suram karena akan lahir putra mahkota yang akan menggantikannya posisinya
kelak. Maka ia pun membunuh pertapa tadi kemudian menendang jauh jenasahnya
hingga kedalam hutan lebat dan berubah menjadi seekor NAGAWIRU
4.
Suatu
saat Uwa Batara baru menceritakan jika pertapa itu sesungguhnya adalah Raja
lama yaitu Raja Prabu Permana Di Kusumah. Seiring waktu, Dewi Pangrenyep
melahirkan seorang putra dan diberinama “Hariang Banga”. Suatu hari ketika Raja
baru mengunjungi Dewi Pohaci Naganingrum, secara ajaib janin dalam kandungan
bicara kepadanya, "Barma Wijaya, Engkau telah melupakan banyak janjimu.
Semakin banyak Anda melakukan hal-hal kejam, kekuasaan Anda akan semakin
pendek.."
5.
Dikala
sudah mendekati kelahiran, Raja baru dan Dewi Pangrenyep bersiasat buruk.
Mereka meminta Dewi Naganingrum untuk menutupi matanya dengan malam (Lilin)
yang biasanya dipakai untuk membatik; sehingga
tidak shock karena darah saat melahirkan itu alasan mereka. Dan saat
melahirkan mereka buru-buru menukarkan bayi tsb degan seekor bayi/anak anjing.
Singkat cerita Dewi Pohaci dan anaknya
itu pun dibuang di sungai Citanduy.
6.
Tidak
sampai itu saja, Raja Baru dan Dewi Pangrenyep pun meminta Uwa Lengser untuk
membunuhnya, setelah mereka disembunyikan dihutan, Uwa lengser kembali ke
kerajaan dan mengatakan bahwa ibu & anak anjing itu sudah dibunuh dengan
bukti pakaian Dewi Pohaci yang bersimbah darah
7.
Entah
bagaimana ceritranya , yang jelas dongeng ini “TERPUTUS” sampai sini, karena
tidak ada lagi kelanjutan bagaimana kemudian nasib si Ibu & Anak Anjing
itu. Karena dibayak ceritra langsung ‘loncat’ tentang dimana ada sepasang orang tua (Aki & Nini Balangantrang)
yang
menemukan bayi dalam keranjang yang hanyut di sungai Citanduy, yang bagi saya
mungkin itulah bayi yg sebenarnya.
.
8.
Apapun
diceritakan bayi itupun diasuh oleh orang-tua itu hingga suatu waktu mereka
menamakan bayi itu dengan nama CIUNG WANARA, karena berasal dari Burung (Ciung)
dan Monyet (Wanara) yang mereka temukan
di hutan saat berburu. Sebagian orang menyebut bahwa nama itu berasal dari nama
burung Beo dan Monyet putih sebangsa monyet Amang atau Lutung (?)
9.
Setelah
agak dewasa, Ciung berniat untuk mengikuti lomba adu ayam dikerajaan, ia pun
pamit dengan bekal ‘sebuah telur. Diperjalanan dia menemui NAGAWIRU untuk
menetaskan telur itu, dan berhasil, telur itu pun berubah menjadi ayam jago
jantan yang siap tanding
10. Raja pun menerima
tantangan Ciung, jika ayam Ciung kalah maka Raja boleh membunuh Ciung, namun
jika ayam Raja kalah maka Ciung menjadi Putra Mahkota. Ke-2 itupun berlaga, dan
ayam Ciunglah yg menang
11. Ciung pun dilantik menjadi
Putra Mahkota, namun tak lama dan kemudian Putra Dewi pangrenyep yaitu Hariang
Banga tidak menerimanya, maka Ciung pun
diajak duel hingga berhari-hari lamanya
12. Hariang Bangga kalah
tubuhnya pun dilempar jauh hingga seberang Sungai Brebes, karena dendam Ciung
berniat membuhnya sekalian. Namun , tak lama munculah Raja Lama (Prabu Permana Di Kusumah)
didampingi oleh Ratu Dewi Naganingrum dan Uwa Batara lengser.
13. "Hariang Banga dan
Ciung Wanara!" kata Raja, "Hentikan pertempuran ini adalah pamali
("tabu atau "dilarang" dalam bahasa Sunda dan Jawa) - berperang
melawan saudara sendiri.
14. Kemudian Raja Lama meminta
Ciung Wanara di Galuh dan Hariang Banga di timur sungai Brebes, negara baru.
Yang dibatasi oleh Sungai CiPamali. Adapun Dewi Pangrenyep dan Raja baru (Barma Wijaya alias Aria Kebonan)
dipenjara karena dosa mereka.
.
CATATAN DIRI:
.
a.
Hariang
Banga pindah ke timur dan dikenal sebagai Jaka Susuruh. Dia mendirikan kerajaan
Jawa dan menjadi raja Jawa dan dikenal kemudian sebagai nenek moyang
ORANG JAWA. Kerajaan MAJAPAHIT adalah salah satunya. Sedangkan Ciung Wanara
memerintah kerajaan Galuh dan diakui sebagai nenek moyang ORANG SUNDA. Dan
kemudian menjadi Kerajaan PAJAJARAN.
Sejak itu Galuh dan Jawa makmur lagi seperti pada zaman Prabu Permana Di
Kusumah
b.
Maka
sangat aneh kemudian jika ada sebagian orang yang menyatakan bahwa Orang Sunda
dan Orang Jawa “tidak Berjodoh’. ;p
c.
Sebagai
tambahan konon kejadian ini terjadi jauh sebelum tahun 1.000 Masehi, karena tahun 1030-1575 Masehi telah
berdiri Pakuan
Pajajaran atau Pakuan (Pakwan) atau Pajajaran sebagai ibukota Kerajaan SUNDA GALUH yang diduga Lokasinya berada di wilayah Bogor,
Jawa Barat sekarang. Pada masa lalu, di Asia
Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya sehingga
Kerajaan Sunda Galuh sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaraan. Adapun Raja
Pajajaran pertama adalah, Sri Baduga Maharaja atau PRABU SILIWANGI (Ratu
Jayadewata) yang memerintah selama 39 tahun (1482-1521), hingga saat ini tidak
ada refrensi jelas dimana makam beliau, karena beliau dianggap
‘moksa/menghilang
d.
Konon, keturunan Hariang Banga
kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit yang berkuasa di Jawa Timur dan Jawa
Tengah di tahun 1293-1500 Masehi.
Kerajaan ini mencapai puncak saat
dijabat Raja hayam wuruk tahun
1350-1389.
e.
Anekdot aneh suka kita dengar, bahwa Orang Sunda jangan marah jika
dikatai Anjing atau Monyet, karena itu adalah moyangnya juga Orang Sunda.
‘Beuugh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar